Jumat, Desember 12, 2008

Overture 2008: regression


...
bukankah hidup ada penghentian
tak harus kencang terus berlari
ku helakan nafas panjang
tuk siap berlari kembali…
berlari kembali..
melangkahkan kaki
menuju cahaya
...
(sang penghibur-padi band)

agustus 2007....
Seorang calon sarjana baru melangkahkan kaki ke podium kehormatan di GSP UGM. Kebanggaan yang tersirat di wajahnya semakin disempurnakan ketika tali yang dibebani masa depan di atas topi dipindahkan, dan mendapatkan ijazah biru yang memuat pengakuan.

Kaki harus dilangkahkan...

september 2007...
Seorang sarjana baru mulai menjejakkan kakinya di ranah arsitektur. Kaki yang masih berdebu, belum dilindungi oleh sandal merek berkelas. Hanya sebuah keyakinan dan idealisme yang memberikan kepercayaan diri untuk berlayar di lautannya. Bekerja dalam kechaosan dan kekerasan dunia arsitektur kelas bawah. Membenturkan ide dalam kenyataan yang sangat membatasi, uang. Bermain dengan material yang sangat dekat dengan alam, kayu.

Kaki harus dilangkahkan...

maret 2008...
Seorang arsitek muda menjejakkan kakinya di tanah bali untuk mencari dirinya. Merasa sudah tahu banyak untuk mengetahui lebih banyak lagi. Terdampar di sebuah rumah di balik semak. Belajar bersetubuh dengan alam, menjilat lokalitas, bersenyawa dengan dna. Terkadang idealisme yang dibawa terbentur dalam desain. Perpustakaan kantor menjadi oase yang menyejukkan menggembirakan sebagai seorang yang haus akan keajaiban dunia luar. Mata lebih terbuka. Keinginan untuk mencari jati diri semakin berkobar dengan mempelajari jati diri orang lain, arsitek lain. Berbagai star architect dilirik untuk sekedar menyelami pemikirannya dan mencari inspirasi. Menggantung target untuk meledak.

Kaki tetap melangkah...

Penghujung 2008
Seorang arsitek yang merasa sudah belajar banyak bertemu dengan teman-teman di luar sana lewat dunia maya. Berbagi gossip, pengetahuan dan mimpi. Ilmu yang terlihat luas, semakin terlihat tak terbatas. Ilmu yang sudah dipelajari semakin terlihat sedikit. Menjadi bodoh. Flashback ke masa kuliah. Mencaritahu apa saja yang sudah dipelajari, ternyata nihil! Tidak pernah belajar selain di ruang kelas, yang itupun datang terlambat, tidur dan tidak memperhatikan. Lulus hanya dengan otak bermuatan kosong. Berkarya dengan sok idealis. Tertinggal dalam banyak hal.

Si arsitek itu sekarang, merasa saatnya untuk berhenti....

Si arsitek itu sekarang, merasa saatnya untuk mundur....

Tidak, bukan berhenti dan mundur dari dunia arsitektur. Bukan berhenti seperti saat spiderman yang ingin kehidupan normal seperti istilah dari blog seorang rekan. Si arsitek masih mencintai dunia ini, keteraturan dan kechaosannya.

Dia hanya ingin menempatkan dirinya kembali ke belakang. Menjadi mahasiswa arsitektur. Menjadi orang yang haus ilmu. Mengosongkan ruang otak untuk diisi banyak hal. Berhenti untuk berlari.

Seperti dalam arsitektur, ada ruang positif ada ruang negatif. Yin dan Yang. Isi dan kosong. Solid dan void. Ketika keduanya disandingkan akan menjadi harmoni yang maha dahsyat.

Mundur untuk maju....
Regression for an aggression....

2 komentar:

subasuba mengatakan...

nyindiiirrr..:))


mantap!

Bagus Berceloteh mengatakan...

hohohoho subjek yang sama dengan kobachenko???