Senin, Desember 15, 2008

Dosa

Minggu pagi...
Langit masih bergayut mendung, menampakkan wajah suram. Angin dingin yang membelai kulitku semakin memanjakan tidurku. Alarm yang kuset 06.30 sukses diacuhkan. Ya. Pagi ini aku berencana untuk ke gereja mengikuti misa pagi. Gereja kathedral "Roh Kudus" denpasar yang hanya berjarak 30 meter dari pintu kos-kosan yang berarti 'sangat dekat', semakin membuatku malas untuk bangun pagi. Akhirnya aku terbangun jam 08.50, 10 menit menuju misa kedua pagi ini. Dengan persiapan seadanya akhirnya aku berhasil mengikuti misa walaupun dengan setengah ngantuk, setelah hampir 3 minggu tidak ke gereja akibat tumbukan bertubi-tubi dari deadline yang mengakibatkan aku hampir tidak memiliki waktu pribadi.

...

Aku merasa berdosa, menempatkan kerjaan di atas Tuhan. Aku jadi berpikir, apakah menjadi arsitek akan selalu berdekatan dengan dosa? Berapa waktu yang dicurahkan untuk kerjaan dibanding untuk Tuhan?

...

[arsitek vs dosa]

"Mendesain berarti membuat dosa" Begitu kata seorang rekan. Ada benarnya menurutku, karena dalam satu tarikan pensil di atas kertas, seorang arsitek memikul tanggung jawab kepercayaan, keselamatan, dan kenyamanan beberapa (atau banyak) manusia. Human error tak mungkin dihindari, ada resiko arsitek melakukan kesalahan yang mengakibatkan kerugian orang lain, yang bahkan mengakibatkan kehilangan nyawa. 

"Dengan pengalaman kita meminimalkan dosa yang kita buat." tutur sang rekan lagi. Memang, bersentuhan dengan tanggung jawab memiliki potensi untuk berbuat kesalahan, berbuat dosa. Kesalahan muncul karena pengalaman yang kurang dalam memetakan masalah. Karena itu slogan "life begins at 40" terasa sangat pas untuk arsitek. Umur dimana pengalaman dapat meminimalkan dosa

...

[Arsitektur vs dosa]

Arsitektur, sepanjang umur hidupnya juga tak luput dari dosa. Terkadang arsitektur sengaja tampil sebagai dosa untuk menggugah kemapanan yang terlanjur 'suci'. Le corbu, dosa atau suci? Minimalis, dosa atau suci? Dekonstruksi, dosa atau suci? Robinhood, dosa atau suci?

Dosa adalah void. Kekosongan yang diberikan sang arsitek untuk diisi dengan makna baru. Jika kosong adalah isi dan isi adalah kosong, apakah dosa arsitektur bisa menjadi arsitektur yang suci?

...

Pada akhirnya dosa menjadi sebuah arena pembelajaran untuk berarsitektur lebih baik, untuk menjadi manusia yang lebih baik, untuk dunia yang lebih baik.

Selamat Natal dan selamat berdosa...

Tidak ada komentar: