Jumat, Januari 16, 2009

Trinity


Beberapa waktu yang lalu, seorang rekan mengatakan sebuah kalimat yang sampai saat ini terngiang di kepalaku.

"Itu kan urusan arsitek! Kita urusin interior aja!"

Ya. Memang saat itu aku sedang mengerjakan project dalam koridor desain interior untuk sebuah project di mumbai. Kalimat tersebut memang tidak salah dalam sebuah koridor profesionalitas, namun bagiku kalimat tersebut terasa begitu mengganjal. Mengapa terjadi pengkotakan dalam arsitektur. Menurutku, entah itu desain lansekap, bangunan ataupun interior, mereka berada dalam satu kaki menjejak di tanah yang sama. Tiga-tiganya tidak terpisah. Trinity, tiga dalam satu, begitu kata seorang rekan.

Namun sering terjadi seorang arsitek begitu gusar saat desainnya di'seruduk' desainer interior supaya desainnya masuk. Demikian juga sebaliknya. Sebuah project menjadi mendan perang bagi ketiganya. Saling beradu ego. Ingin terlihat paling menonjol.

Ego kerapkali mengaburkan idealisme....

Kalau arsitektur bertujuan untuk hidup yang lebih baik, seharusnya ketiganya berpegangan tangan, berdialog, bersinergi dalam satu nyawa, saling melengkapi.

Sebuah hal yang realistis ataukah utopis?

Mari berpegangan tangan...

3 komentar:

Anonim mengatakan...

ilmu arsitektur merupakan prosep tumbuhnya sayap bagi kehidupan seorang arsitek,pada saatnya dia tidak lagi akan terjebak dalam sebuah kotak,prinsip dan komitmen ber-asitektur akan membawanya terbang diatas batas idealisme dan impian dan proses gubahan ruang yang dapat memberi kehidupan bagi setiap mahluk akan menjadi sumbangsihnya bagi negeri.artikel bagus.....tetap berkarya lewat tulisan.

Anonim mengatakan...

sinergi rip...sinergi.... jadi inget tugas kuliahmu, hahahaha...

putex

Anonim mengatakan...

menarik!!!

..trinity..

menurutku...bukan tentang ego...
namun lebih kearah kesadaran tentang identitas diri...
sehingga...saling bisa menempatkan...dan...trinity..=)

dimana bersama menuju mimpi bersama...

mungkin kita perlu pihak ke empat..." pihak tuhan "...=p

deeta29-