Sabtu, Januari 10, 2009

The Rat Chronicle


Yang pernah berkuliah di arsitektur pasti pernah merasa terusik mendengar nama derrida. Siapa orang ini, sehingga panggung arsitektur dunia tergoncang. Kemapanan, kestabilan bergerak menuju ketidakstabilan. Requestioning terjadi dimana-mana. Pengetahuan yang dibangun dalam hitungan puluhan tahun, runtuh.

Tentang petanda dan penanda...

Tentang jejak yang muncul lebih dahulu daripada keberadaan...

Aku tidak akan membahas lebih lanjut, karena, banyak yang lebih pakar dalam hal ini. Kelebatan kata-kata tadi muncul karena sebuah drama yang baru saja terjadi. Sebuah anekdot barangkali. Kisahnya seperti ini....

Januari awal...
Aku membuka pintu taksi bersama seorang rekan dari bandara ngurah rai. Dengan barang beberapa pikul kita menuju kamar kosku. Aku hendak mengambil motorku, karena aku berjanji mengantarkan rekanku ini ke kosnya. Yup! Kita patungan Taksi dalam rangka mengirit. He he he....

Sesampainya di kamar. Kunci kumasukan. Cklek! Handle diputar. Begitu masuk kamar. Aku terkejut dengan banyak gumpalan-gumpalan hitam kecil di lantai. Kotoran tikus!!! 

...

Setelah mengantarkan temanku tersebut. Aku sampai didepan pintu kamar kosku dengan mengeluh. Fiuh! Still have a lot of things to do. Yup! Akhirnya aku membersihkan setiap sudut kamar dengan sapu. Dan alangkah terkejutnya aku, karena gumpalan hitam itu berserakan lebih banyak di bawah kasur, di balik lemari dan tempat-tempat lain yang tersembunyi. Dan aku tidak menemukan tikusnya. Damn! Pekerjaan menyapu yang sering kuhidari karena aku alergi debu akhirnya harus dijalani. Dan akibatnya, sampai saat ini aku masih flu akibat debu tersebut.

Argh... Kurebahkan badan kurusku ke springbed queen size tanpa sprei yang sudah terlihat agak tua. "Akhirnya selesai. Bisa tidur dengan tenang. Toh tikusnya tidak ada..."

....

Keesokan paginya, ternyata gumpalan itu muncul lagi. Damn! Tikus sial!

Pulang kerja, aku langsung menuju swalayan terdekat untuk membeli lem tikus! Tikus ini harus dibasmi, pikirku.

Sesampainya di kos, selembar karton kusiapkan sebagai alas untuk memasang "perangkap maut", tak lupa aku membeli kacang-kacangan yang menurutku tikus sangat suka sebagai umpan ditengah-tengah perangkap itu. Dan akupun tidur dengan tenang, karena memang yakin perangkap itu akan berhasil.

....

Keesokan paginya. Gatcha!!! Perangkap berpindah tempat. Seekor tikus menggeliat menempel pada karton. Tidak berdaya. Pasrah. Mission accomplished!!!

....

Dalam anekdot ini, aku berpikir, kotoran hadir sebagai jejak. Jejak yang menandakan keberadaan sumbernya yaitu tikus. Walaupun kotoran itu bukan tikus, tapi keberadaan tikus yang dibawa dalam kotoran itu sangat jelas. Jejak itu datang terlebih dahulu, kemudian sumbernya muncul. Hmmm... Mungkin derrida pernah terinspirasi tikus?

...

Keberadaan arsitektur yang selalu menonjolkan keberadaannya semakin menimbulkan kejenuhan. Paham materialisme yang dibawa bangsa barat memperkecil kemungkinan yang tidak ada untuk muncul. Arsitektur bukan hanya tentang yang ada, namun juga tentang yang tidak ada. Tubuh dan nyawa. Masa kini, dan masa bukan kini (masa depan dan masa lalu). Bahkan seorang eisenman sering menggunakan bangunannya yang ada sebagai jejak, sebagai petanda untuk sebuah keberadaan lain yang juga merupakan sebuah petanda.

Hmmm...

Mari membuat jejak...

3 komentar:

Anonim mengatakan...

dot tod dot tod tod tod .....dot tod...dot dot tod...

*yak saya sudah meninggalkan jejak di tempat ini, apakah berarti bisa dilacak keberadaan saya??

-anonim-

ariefputra mengatakan...

keberadaan bukan hanya ditunjukkan dari wadahnya yaitu tubuh anda. tubuh hanya sebuah penanda keberadaan anda. komen juga menunjukkan keberadaan anda. Keberadaan anda dimana? Lepas dari konteks empat dimensi, anda ADA.
:)

badri mengatakan...

ah... Arip!
anda akan mengerti klo itu kotoran tikus HANYA karena anda telah memiliki dua hal penting sebelumnya.
Pertamax, ada informasi awal bahwa itu adalah kotoran tikus. Ini Penting! karena klo anda gak tau apa yang sedang anda hadapi maka sulit bagi anda untuk menentukan sikap dan tindakan yang perlu diambil
Keduax, Persepsi yang benar tentang kotoran tikus. Klo pemikiran awal ini salah, saya malah kuatir anda akan merespon dengan salah. Mungkin dipungutin dulu, dibaui satu-satu, setelah sadar klo bukan makanan barulah dibuang di tempat sampah

hehehehe

Piss Bro.....