Kamis, Mei 15, 2008

romantisme gua



Aku hidup di jaman ketika arsitektur sedang puber, beranjak dewasa dan nakal selayaknya masa-masa pencarian jati diri anak sma. Senang coba ini-itu tanpa peduli resiko di masa tuanya, temperamen, berusaha tampil menarik untuk menggoda lawan jenis, dan sifat-sifat labil lainnya. Ya, memang arsitektur belum dewasa, entah makan waktu berapa lama untuk dewasa. Aku juga belum dewasa, bahkan tidak tahu definisi dewasa.


Ya sudahlah, nanti saja memikirkan masa depan. Paling tidak aku sudah melewati 24 tahun di bumi ini, sudah 24 tahun memori terekam di arsip otakku (mungkin ada yang sudah di masukin gudang atau sudah diberikan pemulung untuk didaur ulang), paling tidak yang sudah masuk arsip bisa dibaca ulang yang kata orang-orang disebut "bernostalgia", dan tersenyum-senyum sendiri....


Bagaimana dengan arsitektur, pastinya arsitektur juga punya arsip. Aku penasaran, apa isi arsip di masa-masa awal arsitektur. Pikiranku melayang-layang (mungkin si otak sedang mencari doraemon untuk meminjam mesin waktu). Dan pikiranku tiba di jaman purba, dimana homo sapiens mulai menemukan kebudayaan. Masa lalu dari semua sejarah bumi termasuk arsitektur dimana semua masih alami, utuh, perawan, lugu, sederhana, liar, tanpa batas dan indah..


Akhirnya kutemukan arsitektur paling primitif yaitu gua, entah itu bisa disebut arsitektur atau bukan. Namun jika menilik kemampuan manusia purba untuk mengenal ruang, dan kenyamanan relatif yang ditimbulkan dari ruang primitif itu, walaupun bukan manusia yang menciptakannya, maka untukku itu bisa disebut arsitektur, arsitektur oleh alam mungkin.


Sebuah gua, sebuah ruang yang menyatukan sekaligus mengisolasikan manusia dengan alam. Didalamnya manusia berinteraksi, beraktifitas, melindungi dan dilindungi, melayani dan dilayani tidak ada ruang yang memisahkan antar mereka.


Tak perlu ada perebutan hak tanah, semua tanah dan lansekapnya adalah milik manusia, dan manusia bebas menempatinya.


Tak ada saling menutupi pandangan dan mengklaim pemandangan untuk sendiri. Seluruh pemandangan yang nampak boleh dinikmati semua orang. Setiap hari ketika keluar dari gua, manusia disuguhkan karya arsitektur agung oleh ibu alam yang dinamis, hidup, bernafas, beregenerasi, bersuksesi, memperbanyak diri, menghidupi diri sendiri, mati, gugur, tumbuh, berubah warna, hangat, dan yang terpenting luar biasa indah dan menggugah jiwa (membayangkan keluar dari gua setelah bangun pagi).


Kuhirup udaranya sebanyak mungkin……….


Ah…. Si Doraemon sudah mengajak pulang


Kapan ya bisa mencoba tinggal di gua?

1 komentar:

words my worLds mengatakan...

seperti layaknya manusia, zaman itu beranak, dan punya ras. Jadinya ada suatu periode yang kerap dijadikan katgorisasi antara mereka. Seperti yang udah kita pelajarin, bahwa arsitektur itu adalah "The art of Space". Dan sangat indah sekali jika gua dipahami dari sisi ini. Diantara elemen2 yang disebut sama doxiadis ada shell, nature, man..mereka berevolusi ngikutin zaman ini, lantas..kesimpulannya..kalo ga ada gua..sampai kapanpun engga pernah akan ada rumah..ga akan ada bangunan kita yang megah2 kaya sekarang :) mereka yang sekarang kita lihat, ada karena gua yang berperan sebagai shell, dan lanseka yang berperan sebagai nature ^^