Jumat, Mei 16, 2008

nafsu


Kamis malam, di sebuah rumah makan di daerah renon, setelah selesai menyantap dengan brutal seekor ikan goreng sepanjang 30 cm (cukup gede untuk porsi makan satu orang), aku terlibat diskusi arsitektural (ilegal) dengan seorang teman tentang idealisme berarsitektur kantor masing-masing. Kebetulan aku bekerja di kantor yang aku sebut maksimalis, mengacu pada kantor teman saya yang minimalis. Di akhir pembicaraan terekam sebuah kalimat:

"bedanya maksimalis dan minimalis adalah, maksimalis mengumbar nafsu, sedangkan minimalis menahan nafsu"

Terlepas dari diskusi ilegal kami yang sulit dipertanggungjawabkan, otakku tergelitik dengan pertanyaan, kenapa kami bisa mengkotakkan arsitektur menjadi minimalis dan maksimalis. Apakah ada kategori-kategori yang harus dimiliki untuk mendapatkan kotaknya?

Apakah ada batas minimal untuk disebut maksimalis, dan sebaliknya apakah ada batas maksimal untuk disebut minimalis? Kalau batasnya sangat bias, berarti tidak ada sesuatu yang layak disebut maksimalis atau minimalis, yang ada hanya relatif maksimalis dan relatif minimalis.

Mungkin kedua kata itu memang dekat dengan nafsu, tergantung seberapa besar nafsunya, seberapa kuat menahan nafsu, apakah nafsunya hanya untuk satu hal atau banyak hal, nafsu dengan pikiran kotor atau bersih, liar atau tenang. Si nafsu memang keren, bisa menentukan jalan hidup seseorang.

Kalau dianalogikan sebuah jalan yang lurus, berarti kita bisa menemukan maksimalis yang minimalis atau minimalis yang agak maksimalis. Tapi kenyataannya jalan yang ada tidak lurus, sangat bercabang. Bahkan tidak jarang menemukan perempatan atau perduapuluhan atau perseratusan.

Astaga! Apakah pemikiranku ini sebuah gejala arsitekturisasi? Gawat!

Yah, aku baru ngisi bensin untuk bisa jalan di salah satu jalan itu. Semoga bannya tidak pecah di jalan atau terpaksa ganti ban. Modalnya cuma peta buta dan sepenggal informasi dari pak tua yang kutemukan di gerbang jalan yang berkata nanti masnya jalan lurus aja, trus mentok belok kiri, trus kanan, kiri, muter, nanya, beli peta, kiri, luruuuuuuuuuuuus aja. Nah kalo ketemu orang ya nanya orang itu"

Oke, saatnya distarter...

Brrrrruuuummmm!!!!!!

6 komentar:

Niken Siswandini mengatakan...

tapi kok fotonya bohai begono???
kalo cewek enak yang maksimalis atau yang minimalis cretttt

Anonim mengatakan...

hohohoho
yang jelas yang 'relatif minimalis ya rip"

piss
hehehehehe

Anonim mengatakan...

Aku bukan seorang arsitek. Jadi, kucurahkan saja komentarku atas apa yg sudah kulihat dan kubaca dalam blogmu.

Pertama, aku setuju sama Niken. Apa hubungan foto itu dan tulisanmu? Sepertinya malah mengurangi esensi dari apa yg sudah kau tulis.

Kedua, seperti kata temanmu. Bahasa penulisanmu menarik dan berani. Tema-tema yg diambil juga berbeda dgn topik-topik kebanyakan yg 'lewat' di majalah-majalah arsitektur.

Kutunggu postinganmu selanjutnya!!!

\\(^o^)//

ariefputra mengatakan...

ha ha ha ha.....

minimalis maksimalis bukan cuma arsitektur tapi lebih ke proses didalam segala hal, justru gambar itu untuk memecah kotak maksi-mini yang bukan hanya milik arsitektur. Aku cuma berbagi pemikiranku yang mencari jawaban...

He he he...

Alva Sondakh mengatakan...

coba lihat ini :

Comedy Tragedy, Comic Tragic, Maximalism Minimalism


Studio kita pelawak, Rief!!

Anonim mengatakan...

wekekekee, fotonya di-remove :D